KORBAN TEWAS GELOMBANG PANAS PAKISTAN MENCAPAI 400 ORANG

image

KARACHI, SELASA — Korban tewas akibat serangan gelombang panas di Pakistan, terutama di kawasan selatan, Provinsi Sindh, terus bertambah. Surat kabar The Times of India, Selasa (23/6), bahkan menyebut sekitar 400 orang tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.
Gelombang panas yang menyerang sejak Jumat pekan lalu adalah yang terburuk yang pernah terjadi di negeri itu dalam lebih dari satu dekade. Akibatnya, sejumlah rumah sakit besar di provinsi tersebut menerapkan kondisi darurat.
Menurut data tiga rumah sakit besar pemerintah di Provinsi Sindh, jumlah korban tewas hingga Senin kemarin 341 orang. Jumlah itu masih ditambah lagi dengan angka korban tewas yang sebelumnya dirawat di sejumlah rumah sakit lain. "Hingga kemarin malam kami masih mencatat jumlah korban tewas mencapai hampir 200 orang. Jumlah itu termasuk mereka yang datang dalam kondisi telah meninggal atau mereka yang meninggal saat dalam perawatan lantaran mengalami dehidrasi, kelelahan, dan tekanan darah rendah," ungkap Seemi Jamali, Kepala RS Jinnah.
Menurut Jamali, dalam empat hari terakhir, pihaknya menangani sekitar 3.000 pasien yang mengalami sakit akibat gelombang panas. Dari RS Abbasi Shaheed dilaporkan, sebanyak 71 orang tewas hingga Senin malam.
Sementara itu, Saeed Qureshi, salah seorang dokter dari rumah sakit sipil, menyebutkan, 70 orang tewas juga akibat serangan gelombang panas. "Dengan begitu, ditambah data sejumlah rumah sakit lain, total korban tewas telah mendekati angka 400-an sekarang ini," ujar Qureshi.
Pemerintahan Provinsi Sindh menerapkan status darurat di semua rumah sakit yang ada dan menunda serta membatalkan permohonan cuti para dokter serta anggota staf medis lain sekaligus meningkatkan jumlah pasokan obat-obatan.
Angkatan bersenjata dan paramiliter Pakistan juga membangun pusat-pusat kedaruratan khusus untuk menangani dan merawat para korban serangan gelombang panas. Pusat-pusat kedaruratan khusus itu juga berperan memasok kebutuhan obat-obatan ke rumah sakit pemerintah.
Bencana serangan gelombang panas kali ini juga terjadi bersamaan dengan bulan Ramadhan ketika umat Muslim diwajibkan berpuasa dengan menghentikan konsumsi makanan dan minuman pada siang hari.
Kondisi diperburuk dengan tidak stabilnya pasokan listrik. Dari Karachi, kota berpenduduk 20 juta jiwa, dilaporkan, buruknya pasokan listrik semakin mempersulit warga mendapatkan pasokan air lantaran tak dapat mengoperasikan pompa-pompa listrik. Padahal, dalam kondisi panas seperti itu, kebutuhan konsumsi air masyarakat melonjak.
Badan Meteorologi Pakistan menyebutkan, suhu udara di Karachi hari Minggu (21/6) mencapai 43 derajat celsius, sementara suhu tertinggi tercatat terjadi di kota Turbat, dekat perbatasan Iran, dengan temperatur 49 derajat celsius.
Diprediksi kondisi udara panas dan lembab masih akan terjadi dalam 24 jam ke depan walau badai hujan diperkirakan juga terjadi dalam pekan ini, yang diharapkan membawa udara dengan suhu lebih dingin.
Bencana akibat gelombang panas juga sebelumnya terjadi di negara tetangga India dengan total korban jiwa 2.000 orang. Kebanyakan para korban tewas berasal dari kalangan masyarakat miskin yang harus mencari nafkah dan bekerja di bawah terik matahari setiap hari.